Keterangan:
1. Inti
2.
Zona Radiatif
3.
Zona Konvektif
4.
Fotosfer
5.
Kromosfer
6.
Korona
7.
Bintik Matahari
8.
Prominensa
Sebelum
membicarakan tentang badai matahari, kita akan melihat sekilas tentang
Matahari. Matahari adalah sebuah bintang, yaitu bola plasma panas yang ditopang
oleh gaya gravitasi. Di pusat Matahari (nomor 1), terjadi reaksi nuklir (fusi)
yang mengubah 4 atom hidrogen menjadi 1 atom helium. Reaksi fusi tersebut,
selain menghasilkan helium, juga menghasilkan energi dalam jumlah melimpah
(ingat persamaan terkenal oleh Einstein: E=mc2). Energi yang
dihasilkan, di pancarkan keluar melewati bagian-bagian Matahari, yaitu: zona
radiatif (nomor 2), zona konventif (nomor 3), dan bagian atmosfer Matahari,
yang terdiri dari fotosfer (nomor 4), kromosfer (nomor 5), dan korona (nomor
6). Dan badai Matahari adalah peristiwa yang berkaitan dengan bagian atmosfer Matahari
tersebut.
Bagian terluar dari
Matahari, yaitu korona, memiliki temperatur yang mencapai jutaan kelvin. Dengan
temparatur yang tinggi tersebut, materi yang berada di korona Matahari memiliki
energi kinetik yang besar. Tarikan gravitasi Matahari tidak cukup kuat untuk
mempertahankan materi korona yang memiliki energi kinetik yang besar itu. Dan
secara terus menerus, partikel bermuatan yang berasal dari korona, akan lepas
keluar angkasa. Aliran partikel ini dikenal dengan nama angin matahari, yang terutama
terdiri dari elektron dan proton dengan energi sekitar 1 keV. Setiap tahunnya,
sebanyak 1012 ton materi korona lepas menjadi angin matahari, yang
bergerak dengan kecepatan antara 200-700 km/s.
Berbeda dengan pusat
Matahari yang relatif sederhana, bagian atmosfer Matahari relatif lebih rumit.
Karena di atmosfer Matahari ini, medan magnetik Matahari berperan besar
terhadap berbagai peristiwa yang terjadi di dalamnya. Ada berbagai fenomena
menarik diamati di atmosfer Matahari berkaitan dengan medan magnetik Matahari,
seperti bintik matahari (sunspot), ledakan Matahari (solar flare),
prominensa, dan pelontaran material korona (CME – Coronal Mass Ejection).
Hal-hal inilah yang berkaitan dengan badai matahari.
A. Pengertian
Badai Matahari
B. Jenis-jenis
Badai Matahari
Ada dua jenis badai
matahari, yaitu Solar Flare dan Coronal
Mass Ejection (CME).
1. Solar Flare
2. Coronal Mass Ejection (CME)
CME adalah pelepasan material dari korona yang
teramati sebagai letupan yang menyembur dari permukaan Matahari. Dalam semburan
material korona ini, sekitar 2×1011 sampai 4×1013 Kg material
dilontarkan dengan energi sebesar 1022 sampai 6×1024 Joule.
Material ini dilontarkan dengan kecepatan mulai dari 20 km/s sampai 2000 km/s,
dengan rata-rata kecepatan 350 km/s. Untuk mencapai Bumi, dibutuhkan waktu 1-3
hari.
Matahari memiliki
siklus keaktifan dengan periode sekitar 11 tahun. Siklus keaktifan ini
berkaitan dengan pembalikan kutub magnetik di permukaan Matahari. Keaktifan
Matahari ini bisa dilihat dari jumlah bintik matahari yang teramati. Saat
keaktifan Matahari mencapai maksimum, kita akan mengamati bintik matahari dalam
jumlah paling banyak di permukaan Matahari. Dan pada saat keaktifan Matahari
mencapai maksimum inilah, angin matahari lebih ‘kencang’ dari biasanya dan
partikel-partikel yang dipancarkan juga lebih energetik. Dan peristiwa Solar
Flare dan CME dalam skala besar juga lebih dimungkinkan untuk terjadi. Siklus
pertama terjadi pada rentang waktu 1755-1766. Tahun 2000 lalu, aktivitas
matahari berada pada puncak siklus ke-23 yang ditandai dengan munculnya badai
matahari. Puncak siklus matahari ke-24 diprediksi akan terjadi pada tahun
2012-2013 dan berpotensi terjadi badai matahari.
Partikel-partikel
bermuatan yang dipancarkan dari peristiwa Solar Flare dan CME, saat
mencapai Bumi, akan berinteraksi dengan medan magnetik Bumi. Interaksi ini akan
menyebabkan gangguan pada medan magnetik bumi buat sementara. Saat
partikel-partikel bermuatan dengan energi tinggi mencapai Bumi, ia akan
diarahkan oleh medan magnetik Bumi, untuk bergerak sesuai dengan garis-garis
medan magnetik Bumi, menuju ke arah kutub utara dan kutub selatan magnetik
Bumi. Saat partikel-partikel energetik tersebut berbenturan dengan partikel
udara dalam atmosfer Bumi, ia akan menyebabkan partikel udara (terutama
nitrogen) terionisasi. Bagi kita yang berada di permukaan Bumi, yang kita amati
adalah bentuk seperti tirai-tirai cahaya warna-warni di langit, yang dikenal
dengan nama aurora. Aurora ini bisa diamati dari posisi lintang tinggi di
sekitar kutub magnetik Bumi (utara dan selatan).
Saat terjadi badai matahari, partikel-partikel energetik tadi tidak
hanya menghasilkan aurora yang indah yang bisa di amati di lintang tinggi. Tapi
bisa memberikan dampak yang relatif lebih besar dan lebih berbahaya.
Badai Matahari
yang pertama kali tercatat dalam pustaka astronomi adalah pada tanggal 1
September 1859. Dua peneliti, Richard C. Carrington dan Richard Hodgson yang
sedang mengobservasi bintik Matahari melalui teleskop di tempat terpisah,
mengamati badai Matahari yang terlihat sebagai cahaya putih besar di sekeliling
Matahari. Kejadian ini disebut Carrington Event dan menyebabkan lumpuhnya
jaringan telegraf transatlantik antara Amerika dan Eropa. Aurora yang biasanya
hanya bisa diamati di lintang tinggi, saat itu bahkan bisa diamati sampai di
equator.
Masih ada
beberapa contoh peristiwa lain yang berkaitan dengan badai matahari yang
terjadi dalam abad ke-20 dan 21:
1.
13 maret 1989: Terjadi CME besar 4 hari
sebelumnya. Badai geomagnetik menghasilkan arus listrik induksi eksesif hingga
ribuan ampere pada sistem interkoneksi kelistrikan Ontario Hydro (Canada). Arus
induksi eksesif ini menyebabkan sejumlah trafo terbakar. Akibat dari
terbakarnya trafo tsb, jaringan listrik di seluruh Quebec (Canada) putus selama
9 jam. Guncangan magnetik badai sekitar seperempat Carrington event, (sekitar
400 nT). Aurora teramati sampai di Texas.
2.
Januari 1994 : 2 buah satelit komunikasi
Anik milik Canada rusak akibat digempur elektron-elektron energetik dari
Matahari. Satu satelit bisa segera pulih dalam waktu beberapa jam, namun
satelit lainnya baru bisa dipulihkan 6 bulan kemudian.
Total kerugian akibat lumpuhnya satelit ini disebut mencapai US $ 50 – 70 juta.
Total kerugian akibat lumpuhnya satelit ini disebut mencapai US $ 50 – 70 juta.
3.
November 2003 : Mengganggu kinerja
instrumen WAAS berbasis GPS milik FAA AS selama 30 jam.
4.
Januari 2005: Berpotensi mengakibatkan black-out
di frekuensi HF radio pesawat, sehingga penerbangan United Airlines 26 terpaksa
dialihkan menghindari rute polar (kutub) yang biasa dilaluinya.
Badai Matahari
juga bisa berbahaya bagi makhluk hidup secara biologi. Bahaya ini terutama bagi
para astronot yang kebetulan sedang berada di luar angkasa saat badai Matahari terjadi.
Bagi kita yang berada di permukaan Bumi, kita relatif aman terlindungi oleh
medan magnetik Bumi. Pengaruh langsung dari badai matahari ini hanya dialami
oleh binatang-binatang yang peka terhadap medan magnetik Bumi. Karena badai Matahari
mengganggu medan magnetik Bumi, maka binatang-binatang yang peka terhadap medan
magnetik akan secara langsung terimbas. Misalnya burung-burung, lumba-lumba,
dan paus, yang menggunakan medan magnetik Bumi untuk menentukan arah, untuk
sesaat ketika badai Matahari terjadi, mereka akan kehilangan arah.
D.
Antisipasi Badai Matahari
Antisipasi badai Matahari bisa ditangani oleh semua pihak, baik secara Global,
Nasional, hingga individu. Di tingkat global, observatorium antariksa seperti
SOHO (Solar and Heliospheric Observatory) dan GOES (Geostationary
Operational Environment Satellite) telah diluncurkan. Pesawat SOHO
ditempatkan pada titik Lagrange 1, yaitu titik paling stabil di antara
bumi-matahari sejauh 1,5 juta kilometer dari bumi. Pesawat ini dapat memberikan
informasi lebih dini dan akurat sebelum badai Matahari terjadi.
Di tingkat Nasional, LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional)
membangun Pusat Sistem Pemantau Cuaca Antariksa Terpadu di pusat Pemanfaatan
Sains Antariksa LAPAN, Bandung. Obyek yang dipantau yaitu lapisan ionosfer,
geomagnetik, dan gelombang radio. Sistem yang beroperasi penuh pada Januari
2009 ini sebagai langkah antisipasi badai Matahari. LAPAN akan menghubungi
pihak-pihak yang mungkin terkena dampak dari badai Matahari. Pihak-pihak yang
dimaksud yaitu TNI, Dephankam, Dephub, PLN, Depkominfo, dan Pemda.
Sebagai langkah antisipasi dari individu, dapat dilakukan langkah seperti
mempersiapkan uang tunai (cash) karena ATM mungkin tidak bisa
digunakan. Langkah lainnya, dengan membatasi bepergian melalui jalur udara dan
laut. Jika tiba-tiba keberangkatan pesawat atau kapal ditunda karena navigasi
terganggu, tidak perlu repot mencari cara untuk bepergian. Selain itu, bisa
dengan mempersiapkan penerangan alternatif, menyimpan persediaan air, dan membatasi
penggunaan barang-barang elektronik selama badai Matahari berlangsung.
Kesimpulan
Badai Matahari adalah siklus kegiatan peledakan dahsyat dari masa puncak
kegiatan bintik Matahari (sunspot). Punjak badai Matahari terjadi
mengikuti siklus keaktifan Matahari yaitu 11 tahun. Badai Matahari terjadi
karena banyaknya bintik hitam (sunspot) yang mengandung pertikel-partikel
bermuatan yang berenergi tinggi. Semakin banyak bintik hitam pada fotosfer,
akan semakin tinggi pula tingkat peledakan Matahari. Untuk mengantisipasi hal
tersebut, pesawat-pesawat yang digunakan untuk memberikan informasi lebih dini
dan akurat sebelum badai Matahari terjadi, diluncurkan di titik paling stabil
di antara bumi-matahari.